burung menoreh
desa ramah burung
jogja bird walk
konservasi menoreh
menoreh
Jogja Bird Walk: edisi Jagongan Menoreh
October 03, 2014
Peserta JBW berpose di depan base camp.
Pagi buta peserta sudah segar kembali dan siap menyusuri jalan-jalan setapak kampung untuk "memburu" burung-burung yang hidup bebas di kampung Sokomoyo ini. Kali ini ada yang spesial, karena akan ada puluhan peserta tambahan dari anak-anak yang tergabung dalam Green Club "Peduli Menoreh". Mereka terdiri dari anak-anak Sokomoyo usia SD-SMP. Para peserta dari Yogya diharapkan bisa berbaur dan sekaligus menjadi tutor bagi adik-adik green club tersebut. Tidak mudah mengajari anak-anak, karena mereka sangat aktif dan acapkali memberondong dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak mudah dijawab. Tetapi kesabaran para kakak pengamat burung membuat acara pengamatan di pagi itu sukses. Menjelang siang, acara dilanjutkan di base camp berupa sharing hasil pengamatan dan diselingi games.
Pengamatan burung bersama green club.
Inti dari acara JBW kali ini sebenarnya baru dimulai pada pukul 13.30. Setelah agak molor dari jadwal, acara yang ditunggu-tunggu pun akhirnya dimulai. Kali ini para peserta akan diajak berdiskusi tentang kelestarian burung di kawasan Menoreh, khususnya di lingkup Desa Jatimulyo. Acara sarasehan ini dipandu oleh Sidiq Harjanto, dan menghadirkan beberapa narasumber yaitu Bapak Anom Sucondro selaku lurah Jatimulyo, Imam Taufiqurrahman (peneliti & pengamat burung senior), Asman Adi Purwanto (peneliti burung raptor), dan Nurina Indriyani (mahasiswa peminat penelitian burung). Hadir pula Bapak Atok Rahmadi selaku penyuluh konservasi Badan Lingkungan Hidup (BLH) Daerah Istimewa Yogyakarta, serta tokoh pemuda di Desa Jatimulyo. Sarasehan ini ditujukan sebagai ajang berbagi informasi, menggali potensi, dan mengumpulkan masukan bagi para pihak terkait dalam upaya pelestarian burung di Menoreh.
Suasana sharing
Dalam sarasehan ini terungkap beberapa hal yang menarik, seperti yang disampaikan Mas Imam yang telah membuat kompilasi data kekayaan jenis burung di Sokomoyo dan sekitarnya. Dalam paparannya, diketahui ada sekitar 68 jenis burung di kawasan ini, dengan 13 jenis di antaranya endemik Jawa, dan 11 jenis dilindungi Undang-undang. Beberapa jenis yang sulit dijumpai di wilayah lain di DIY, masih mudah dijumpai di kawasan ini. Sementara narasumber lain, Mas Asman menyampaikan bahwa kawasan Menoreh ini merupakan jalur migrasi bagi burung raptor migran, sehingga layak untuk dikaji lebih jauh. Nurina, mahasiswa Fak. Biologi UGM, yang meneliti struktur sarang burung sikatan cacing (Cyornis banyumas), mengungkapkan bahwa pohon aren memiliki nilai penting bagi kelestarian sikatan cacing mengingat burung ini menggunakan bagian ijuk tanaman yang kini banyak ditebang ini, sebagai material pokok sarang.
Bapak Anom Sucondro menyampaikan bahwa untuk melestarikan lingkungan hidup di wilayah Desa Jatimulyo, telah diterbitkan aturan lokal berupa Peraturan Desa (Perdes) Nomor 8 tahun 2014. Dalam perdes tersebut telah tertulis larangan kegiatan perburuan di wilayah Jatimulyo, berikut ancaman sanksi bagi para pelanggarnya. Telah terbitnya perdes ini disambut baik oleh para pengamat burung, dan diharapkan nantinya akan ada komunikasi lebih lanjut antara komunitas pengamat burung dengan pemerintah desa dalam menyukseskan pelaksanaan aturan tersebut. Akhirnya diskusi yang sangat menarik itu harus diakhiri, dan para peserta pulang ke rumah masing-masing dengan membawa PR untuk memikirkan bersama kelestarian Desa Jatimulyo sebagai habitat penting untuk burung, tempat bermain para pehobi pengamatan burung.
*) Foto koleksi panitia JBW
1 comments
mantaab!
ReplyDelete